KANSINAI: Tumbuhan Obat dan Sayur yang Dikonsumsi Orang Biak di Masa Lampau
Frankfurt, 1557 |
PADA 1500-an, tumbuhan krokot telah dideskripsi Adam Lonicer's Krauterbuch, atau Herbal, Frankfurt, 1557. Dengan nama ilmiah Portulaca oleracea. Dalam bahasa Melayu atau Indonesia orang mengenalnya dengan nama Krokot (Kerokot). Dan setiap suku di Indonesia memiliki sebutan bahasa daerahnya masing-masing. Dalam buku Tropische groenten (Ochse, J.J, 1941, 1925), mencatat tentang beberapa bahasa daerah di Nusantara misalnya orang Jawa menyebutnya Kerayapan, Krokot, orang Sunda menyebutnya Gelang, orang Madura menyebutnya Krayep, Reserean.
Orang Biak-Numfor yang menyebar di berbagai pesisir tanah Papua mengenalnya dengan nama Kansinai (kantinam, Kansinaf, Kantinai). Istilah Kansinai juga berarti cermin, kaca, kacamolo. Orang Biak menyebutnya demikian karena fungsi dari tumbuhan ini dapat menyehatkan mata. Dan kemungkinan inilah mengapa mereka menyebut tumbuhan ini memiliki kasiat yang mampu membuat penglihatan lebih tajam dan sehat.
Orang Numfor Doreri dan Raja Ampat masih mengkonsumsi tumbuhan ini sampai sekarang. Di Raja Ampat misalnya, ibu-ibu orang Biak Betew Kafdarun yang selesai melahirkan ataupun menyusui mereka menggunakannya sebagai obat agar sehat yang dikonsumsinya menjadi sayur.
Pada masa lampau, mereka tidak mengetahui berbagai kandungan dalam suatu tumbuhan, mengingat tidak ada peralatan canggih untuk meneliti suatu tanaman yang di minum atau dimakan. Di masa kini, berbagai penelitian obat herbal maupun berbagai jenis tumbuh-tumbuhan telah dilakukan. Kansinai atau Krokot ini memiliki antioksidan yang bagus untuk kesehatan mata karena di dalamnya terdapat vitamin A yang bagus untuk menjaga kesehatan mata kita. Selain itu, krokot bisa membantu meningkatkan kesehatan jantung, membantu kecerdasan anak, menurunkan berat bandan, tulang menjadi kuat, dan masalah kesehatan lainnya.
Sejak kapan suku Biak mengenal tumbuhan ini? Penggunaan berbagai jenis tumbuhan dalam pengobatan tradisional merupakan salah satu ilmu herbal yang telah diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya dalam masyarakat budaya Biak Numfor. Sehingga tidak diketahui dengan pasti darimana dan kapan orang Biak mengenal tumbuhan ini. Pada tahun 1800-an, nama "kansinai" di tulis dalam berbagai kamus bahasa Biak oleh sejarawan Belanda. Ini menujukkan bahwa orang Biak Numfor yang tersebar di berbagai wilayah tanah Papua, sudah sejak lama telah mengenal tumbuhan tersebut.
Posting Komentar untuk " KANSINAI: Tumbuhan Obat dan Sayur yang Dikonsumsi Orang Biak di Masa Lampau"